Pendopo







      Cirebon Girang merupakan salah satu daerah wisata sejarah, religi, dan tempat disemayamkannya tokoh pendiri kerajaan Cirebon yang pertama, ditempat ini peristirahatan terakhir putra dari Prabu Siliwangi dari kerajaan Pajajaran, yang bernama Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Sangkan. Mbah Kuwu Sangkan adalah seorang figure yang islami. Pada masa remaja ketika berumur 17 tahun dengan semangat tinggi beliau gigih mencari agama yang diyakini kebenarannya, mencari Tuhan yang berhak untuk disembah, beliau rela meninggalkan istana kerajaaan yang megah, dengan melewati hutan yang lebat, menyeberangi lembah yang dalam dan mendaki gunung yang tinggi beliau terus berjalan. Selama 9 tahun bulan berkenala tanpa henti – hentinya mencari agama islam yang diyakininya akan menyelamatkan kehidupan di dunia dan akhirat. Hingga akhirnya beliau bertemu dengan orang – orang sakti. Disanalah beliau mendapatkan petunjuk agar beliau datang ke Gunung Jati untuk berguru pada Syech Nurul Jati.
Kemudian beliau berguru syareat Rasul, beliau mengaji serta mempelajari ajaran – ajaran islam secara mendetail, setelah beliau lengkap akan ilmu – ilmunya Allah hingga akhirnya bergelar Somadullah lalu beliau ditugaskan untuk membangun/membabad pedukuhan Cirebon. Yang berlangsung pada hari Minggu 1 Syuro 1447 M.
Pangeran Walangsungsang di lahirkan pada tahun 1423 M, dari seorang ayah Prabu Siliwangi raja ke IX, sedangkan ibunya bernama Nyai Subang Larang seorang putri Mangkubumi Mertasinga Caruban yang telah memeluk agama islam di perguruan Islam Syech Kuro Krawang.
Pangeran Walangsungsang berdakwah menyebarkan agama islam bersama – sama dengan keponakannya yaitu Syech Syarief Hidayatullah beliau berhasil membawa masyarakat Cirebon dan sekitarnya untuk menyembah (beribadah) kepada Allah SWT, dengan penuh dedikasi disertai dengan kesabaran akhirnya beliau berhasil membangun daerah Cirebon menjadi sebuah daerah yang berasaskan islam namun sekalipun demikian tidak ada paksaan untuk memeluk agama Allah. Walaupun para pakar sejarah hingga kini belum dapat memastikan kapan wafatnya Pangeran Walangsungsang secara pasti, bahkan tempat disemayamkannya pun masih simpang siur. Selain itu ada banyak juga peninggalan bersejarah yang ada di makam kramat talun ini, antara lain yaitu makam Mbah Kuwu Sangkan, pendopo, bebatuan, Tiraktamu, Patung hewan, dan masih banyak lagi.

      Dan yang menarik ada 3 gerbang untuk memasuki area makam kramat Talun Mbah Kuwu Sangkan. Saat masuk ke halaman utaama, tepat sebelah kanan terdapat sebuah bangunan yang disebut pendopo. Pendopo ini yang sering digunakan peziarah untuk beristirahat atau juga berkumpul dengan peziarah lainnya. berrziarah berarti mengunjungi atau mendatangi ke makam untuk mendoakan. Berziarah dianjurkan oleh Rasulullah, tetapi sebatas untuk mengingatkan kepada kita bahwa setiap makhluk hidup yang bernyawa akan mengalami mati, dan ada kehidupan tentu ada kematian. Oleh karena kita harus selalu mempersiapkan segalanya untuk bekal di akhirat nanti. Bagi yang shaleh dan beramal baik, selalu di dikenang dan dijadikan tauladan, sehingga tidak sedikit orang yang berkunjung ke makam tersebut untuk mendoakan agar yang bersangkutan ditempatkan disisi-Nya, dan sebagainya. Makam yang dikunjungi adalah makam seorang ajengan atau Kyai. Seorang tokoh yang tekun dan menyebarkan ajaran agama Islam serta dimitoskan oleh masyarakat yang percaya dan meyakininya sebagai penuntun hidup, yakni Pangeran Walangsungsang atau disebut Embah Kuwu Sangkan. Peziarah mendoakan ahli kubur memang sewajarnya, bukan sebaliknya peziarah mohon bantuan sesuatu kepada ahli kubur. Dalam hal berziarah/mengunjungi atau mendoakan ahli kubur ada dua pendapat: pertama, untuk mendoakan ahli kubur tidak selalu harus diucapkan di depan kuburan orang tersebut. Alasannya, doa itu bukan tali, walaupun disampaikan dari rumah, masjid, dan sebagainya tentu akan sampai kepada Tuhan; kedua, memang doa itu bukan tali tetapi ada tempat utama dan ada pula tempat yang lebih utama. Doa yang disampaikan dari rumah itu pun baik, tapi lebih utama jika secara langsung diucapkan di depan makam orang yang dimaksud. Di depan makam setidaknya akan membantu hati lebih khusuk dalam memanjatkan doa.


Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Instagram

Pages

Facebook