Raden Walangsungsang
telah mengembara kemana – mana. Salah satunya di Gunung Jati dengan tujuan
untuk bertemu Syekh Nurul jati. Secara kebetulan Syekh Nurul Jati itu sedang
tidur dan bermimpi kedatangan tiga orang tamu, maka terbangunlah ia dan
terkejut karena ketika ia terbangun, ia melihat 3 orang tamu sudah ada di
depannya yaitu Raden Walangsungsang, Nyai Rarasantang, dan Nyi Endang Geulis
istrinya. Lalu Raden Kian santang menjelaskan kedatangannya untuk mempelajari agama
islam padahal sebelumnya mereka dari keturunan Budha. Perihal kedatangan Raden
Walangsungsang tersebut dapat di mengerti oleh Syech Nurul Jati seraya berkata
memang cocok dengan kehendakmu kalau memangnya demikian, marilah kita do’a
brsama – sama.
Kemudian
Syech Nurul Jati mengajarkan membaca dua kalimat syahadat. Berikut arti dan
maksudnya secara mendalam di samping itu beliau mengajarkan tentang shalawat,
dzikir, zakat fitrah, naik haji, puasa ramadhan, sholat lima waktu, pelajaran
Al – Qur’an, fiqih, dan tasawuf. Disamping itu juga beliau menerangkan secara
rinci kegunaan azimat – azimat pemberian dari para Sang Hiang. Agar ajaran –
ajaran ini akan membuat Raden Walangsungsang selamat di dunia dan di akhirat.
Kemudian Raden Walangsungsang mendapat gelar Somadullah yang artinya orang yang
lengkap akan ilmu Allah. Setelah menerima wejangan – wejangan yang cukup
berharga Raden Walangsungsang di beri izin oleh gurunya tersebut untuk
membangun pedukuhan/pemukiman dan pergi kea rah selatan. Kemudian mereka berangkat
menuju kea rah selatan dari Gunung Jati membelok – belok kea rah pinggir pantai
bersama istri, dan adiknya. Lalu ia bertemu dengan seorang laki – laki yang
sudah tua, ia bernama Ki Penggalang Alang. Beliau adalah orang yang berhak atas
tempat itu. Lalu Raden Walangsungsang mohon izin kepadanya untuk melakukan
sembahyang, maka orang tua tersebut
mengizinkan setelah Raden Walangsungsang menjelaskan siapa dirinya dan
tujuannya yang akan menebang pohon – pohon yang ada di tempat tersebut untuk
dijadikan pedukuhan/pemukian. Dan orang tua itu sangat setuju karena kelak
tempat ini akan menjadi kota dan dikunjung orang – orang dari tempat lain..
setelah datang ada waktunya yaitu hari ahad, tanggal 1 Syuro lalu ia memasuki
hutan Rawa belukar menebangi pohon besar dan kecil tiap hari. Pekerjaan
menebangi pohon pohon tersebut dilakukan
selama 40 hari atas bantuan Allah melalui golok cabangnya. Pekerjaan ini tentu
di luar kemampuan orang biasa, itulah
keramat daripada wali. Sehingga menjadi lapang, dan ditanami palawija.
Setelah melakukan
perjalanan begitu panjang Raden Walangsungsang menerapkan ilmu yang
didapatnya dengan mengajar ngaji di
tempat yang sekarang bernama Makam Kramat Talun. Di dalamnya terdapat bangunan
Tirak tamu wanita, ada sebuah ruangan yang terdapat batu yang cukup besar. Batu
ini berada di ujung sebelah pojok kanan ruangan tersebut. Jika kita memasuki
bangunan utama dan sudah menemukan Makam Mbah Kuwu Sangkan dan beberapa para
abdi dalemnya, maka kita hanya cukup menengok ke arah sebelah kanan, maka akan
ada sebuah pintu untuk memasuki tirak tamu wanita melalui pintu tersebut, maka
langsunglah kita bisa bertemu dan melihat batu tersebut. Ukuran batu itu cukup
agak besar. Batu tersebut ada juga yang terdapat di tempat peziarah untuk memanjatkan
do’a dan berdzikir. Menurut juru kunci yang ada di Makam Mbah Kuwu Sangkan batu ini
dahulunya digunakan sebagai tempat peristirahatan Mbah Kuwu Sangkan serta
tempat beliau mengajar mengaji kepada orang – orang sekitar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar