Embah Kuwu Sangkan adalah anak pertama Prabu Siliwangi
dari hasil perkawinan dengan Nyai Mas Subanglarang, yaitu putri
Mangkubumi Mertasinga Cirebon. Embah Kuwu Sangkan dilahirkan pada
tahun 1423 Masehi di keraton Pajajaran. Semasa remajanya ia bersama
adiknya bernama Nyai Mas Ratu Rara Santang pergi meninggalkan keraton Pajajaran, karena
mereka memiliki keyakinan yang berbeda dengan ayahnya. Dalam
pengembaraannya, mereka mencari seorang guru yang sesuai dengan petunjuk
dalam mimpinya. Mereka bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad Saw yang
memerintahkan untuk mencari ajaran syariat Islam yang dapat menyelamatkan
manusia di dunia maupun di akhirat. Akhir dari pengembaraannya, dan
berdasarkan beberapa petunjuk, akhirnya mereka bertemu
dengan Syech Nurul Jati di Gunung Jati
yang mampumengajarkan syariat Islam di antaranya mengajarkan tentang Dua
Kalimah Syahadat, Sholawat, membaca Al-Qur’an,
Dzikir, Sholat, Zakat, Puasa , Kitab Piqih, Ibadah Haji dan lain sebagainya.
Setelah dianggap cukup menimba ilmu
tentang Syariat Islam, akhirnya ia
diberi kesempatan oleh Syech Nurul Jati
untuk menyebar-kan ajaran Islam dan membuka pemukiman baru
baik di wilayah Cirebon maupun daerah sekitarnya.
Banyak
orang yang masih mempercayai jika Mbah Kuwu Sangkan belum, meski bentuk fisik
makamnya ada di beberapa tempat. Seperti di Gunung Sembung, Desa Astana yang
menjadi tempat peristirahatan terakhir Sunan Gunung Jati dan di Kampung Girang,
Desa Cirebon Girang, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon. Petilasannya bahkan
sampai di tanah Dieng, Jawa Tengah. Mbah Kuwu Sangkan ini konon masih sering
mengembara. Mengunjungi tempat-tempat di mana dulunya ia pernah berdakwah dan
mensyiarkan agama Allah. Diantaranya, Majalengka, Kuningan, Indramayu,
Sumedang, Subang, Bogor, Banten, Garut, Karawang bahkan hingga ke Madura untuk
mengunjungi Makam Mbah Kholil. Pengembaraan Mbah Kuwu Sangkan juga dinilai
cukup unik. Mbah Kuwu Sangkan seringkali menyamar menjadi orang biasa yang
mengaku dirinya adalah seorang musafir.
Namun,
orang yang mampu melihat sosok Mbah Kuwu Sangkan ini merasakan adanya ilmu yang
tidak biasa berada dalam diri Mbah Kuwu Sangkan. Sebaliknya kepada kita,
tergantung kita sendiri yang mempercayainya maupun tidak. Tergantung kepada
diri kita masing – masing.
Bagi orang yang memiliki kesenangan melakukan ziarah
ke tempat-tempat yang mereka anggap sebagai makam ulama, wali maupun makam
tokoh sejarah yang telah memiliki pengaruh kuat di suatu daerah seperti halnya
makam keramat Embah Kuwu Sangkan di Kampung Talun, Desa Cirebon Girang,
bukanlah tempat yang asing.
Para peziarah seperti ini umumnya telah
mengetahui kekeramatan tokoh yang dimakam-kan di tempat ini. Bahkan peziarah
seperti ini melakukan ziarah secara berantai dari suatu makam keramat ke makam
keramat yang lainnya.
Berziarah
berarti mengunjungi atau mendatangi ke makam untuk mendoakan. Berziarah dianjurkan
oleh Rasulullah, tetapi sebatas untuk mengingatkan kepada kita
bahwa setiap makhluk hidup yang
bernyawa akan mengalamimati, dan ada kehidupan tentu ada kematian. Oleh karena kita
harus selalu mempersiapkan segalanya untukbekal di akhirat nanti. Bagi
yang shaleh dan beramal baik, selalu di dikenang dan dijadikan tauladan,
sehingga tidak sedikit orang yang berkunjung ke makam tersebut untuk mendoakan
agar yang bersangkutan ditempatkan disisi-Nya, dan sebagainya. Makam yang
dikunjungi adalah makam seorang ajengan atau Kyai. Seorang tokohyang tekun
dan menyebarkan ajaran agama Islam serta dimitoskan oleh
masyarakat yang percaya dan meyakininya sebagai penuntun hidup, yakni
Pangeran Walangsungsang atau disebut Embah Kuwu Sangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar