KELUARNYA PANGERAN WALANGSUNGSANG DAN RARA SANTANG DARI KERATON PADJAJARAN

KELUARNYA PANGERAN WALANGSUNGSANG DAN RARA SANTANG DARI KERATON PADJAJARAN

Tiga putra inilah yang kelak dikemudian hari akan embabad / membangun pedukuhan Cirebon yang berlangsung pada tanggal 1 Syuro’ tahun 1445 M apngeran Walangsungsang dilahirkan pada tahun 1423M di keraton Padjajaran Bandung. Ayahnya bernama Prabu Siliwangi Raja ke-9 sedangkan ibunya Bbernama Ratu Subang Larang yang memeluk agama Islam di Pengguron Syekh Quno Karawang Jawa barat.
            Pangeran walangsungsang (Mbah Kuwu Sangkan) dalam usia remaja sekitar tahun 1441M beliau keluar dari Istana Padjajaran Bandung. Pada saat itu beliau masih berumur 17 tahun. Kala itu malam tiba, beliau bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Dalam mimpinya beliau diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk mencari Agama Islam yang dapat menyelamatkan manusia di dunia dan di akhirat. Hal yang sama juga dialami oleh adiknya yaitu Nyi Mas Rara Santang kemudian satu per satu dari mereka keluar dari Keraton Padjajaran untuk berguru atau mencari Agama Islam. Mengembara, menelusuri hutan belantara, naik gunung, turun gunung selama sembilan bulan. Yang pertama Pangeran Walangsungsang tuju adalah Gunung Merapi yang terletak di Padepokan Timur Bandung tepatnya di desa Raja Desa Ciamis Timur.
            Pada suatu hari, Ratu Mas Rarasantang yang berada di Padjajaran rindu kepada kakanda (Raden Walangsungsang) yang telah mendahului keluar dari Istana. Rara Santang yang ditinggalkan oleh kakaknya selalu murung ia menangis tersedu-sedu siang dan malam berturut-turut selama 4 hari. Dikala malam telah sunyi, Ratu Mas Rara Santang yang sedang tidur nyenyak bermimpi, bertemu dengan seseorang lelaki tampan yang lagi berbau harum memberi wejangan ajaran-ajaran agama Islam dan memerintahkannyan untuk berguru agama Islam Syari’at Nabi Muhammad SAW. Dan kelak dikemudian hari, mempunyai suami Raja Islam dan akan mempunyai anak laki-laki yang punya sebuana (mempunyai nilai tambah). Nyai Mas Rara Santang terkejut dan bangun dari tidurnya ia langsung keluar dari Keraton Padjajaran untuk menyusul sang kakak.
            Dikisahkan setelah keluarnya dua putra dan putri mahkota sang Ibunda tercinta di keraton Subang Larang sangat kecewa, ia menangis menyungkemi sang Prabu Siliwangi karena kedua putra dan putrinya telah hilang. Setelah mendengar peristiwa tersebut, lalu Sang Prabu sangat terkejut, ia memanggil seluruh Satria Tentara, Patih, Bupati, Para menteri, Para Widiyabala, di kumpulkan menjadi satu lalu sang prabu berkata “Hai Patih Argatala Dipati Siput, sekarang carilah putriku Dewi Rara Santang. Suruh dia pulang, jangan sampai tidak berhasil, kemudian Patih Argatala menjawab “Sendika Gusti” ia segera bergegas keluar dari Keraton. Keraton mengumumkan kepada seluruh Widiabala di Padjajaran mendadak sekala geger panik, lalu menyebar ke berbagai penjuru. Patih Argatala mencarinya dengan berlaku bertapa menurut perjalanan pendeta. Dipati Siput mencarinya memasuki hutan yang menelusuri perjalanan hewan. Para putra bertapa atau berlaku sebagai Dukun. Para Widiyabala bubar ketujuannya masing-masing. Mereka takut pulang karena belum berhasil membawa pulang kedua anak mahkota Raja Prabu Siliwangi.

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Instagram

Pages

Facebook