PANGERAN WALANGSUNGSANG MEMBABAD CIREBON

PANGERAN WALANGSUNGSANG MEMBABAD CIREBON

            Setelah mereka menerima wejangan-wejangan yang cukup berharga dari Syech Nurul Jati kemudian Ki Syech berkata, “Hai Somadulloh, aku beri izin babayaksa membangun pedukuhan atau pemukiman, sekarang, pergilah ke arah selatan. Maka mereka pun berpamitan untuk meninggalkan tempat tersebut. Mereka berangkat menuju ke arah selatan dari Gunung Djati membelok-belok. Mereka pergi tepatnya pada hari Sabtu. Perjalanannya menlusuri pinggir pantai bersama Sang Istri dang Sang Adik. Selanjutnya saat itu telah tiba waktu dzuhur mereka sampai di suatu tempat yang sunyi,sepi tiada seorang pun melainkan seoran laki-laki yang sudah sangat sepuh usianya. Namanya Ki Panggalang Alang (Ki Geden Danusela) beliau adalah orang yang berhak atas tempat itu. Lalu, Pangeran Walangsungsang memohon izin kepadanya untuk bersembahyang di tempat tersebut, setelah usai melakukan sembahyang, maka orang tua tersebut bertanya “Nak, engkau bertiga ini siapa? Dan dari mana asal kalian?serta keturunan siapa?” kemudian Somadulloh menjawab “Nama saya Somadulloh, ini adik saya, Rara Santang dan yang ini Istri saya Nyi Endang Geulis, kami adalah keturunan Prabu Siliwngi dari Padjajaran, dan kami bertiga adalah Santri Gunung Jati, guru kami bernama Syech Nurjati dan kami telah diberi tugas untuk Menebang Hutan atau membangun pedukuhan untuk dijadikan perkampungan. Kemudian kakek bertanya kembali “Nak, kalian bertiga jangan ragu-ragu lagi , bapakini sudah tua dan lagi tidak berabnak, dan tidak beristri, sekarang kalian aku anggap sebgai anakku sendiri dan rumahku ini untuk kalian, bapak mau tanya, kapan anak mulai menebang hutan ini? “Pada hari Ahad, InsyALlah pak”/ Jawab Somadulloh. Alu orang tua itu menyahutnya”ya, betul sebab ditempat ini, kelak kemudian hari kan menjadi kota, dan akan dikunjungi oleh orang-orang dari tempat lain.
            Setelah datang pada waktunya yaitu hari Ahad, tanggal 1 Syuro’ tahun Bahad Zaman / Anno Jawa, lalu beliau memasuki Gutan Rawa Belukar menebangi pohon besar dan kecil setiap hari. Pekerjaan penebangan hutan dilakukan dalam waktu tempo 40 hari atas bantuan Allah SWT melalui Golok Cabangnya. Pekerjaan ini tentu diluar kemampuan orang biasa, itulah keramat dari para wali. Sehingga menjadi lapang lalu ditanami palawija.











Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Instagram

Pages

Facebook