PANGERAN WALANGSUNGSANG MENUNAIKAN IBADAH HAJI

PANGERAN WALANGSUNGSANG MENUNAIKAN IBADAH HAJI

            Kepemimpinan Ki Cakrabuana sebagai kuwu Cirebon semakin sukses. Pembangunan baik fisik maupun mental kian hari kian bertambah maju. Dengan didirikannnya 9 sarana fisik seperti sarana peribadatan, sarana pendidikan, dan sarana perekonomian (produk Trasi dan Petis). Pembangunan mental seperti mengadakan tahlilan pengajian (santapan rohani) sholat berjamaah jum’at, mengadakan tahlilan, serta ibadah-ibadah sosial lainnya. Sehingga rakyat Cirebon secara Kaafiah telah masuk Islam dan terbentuklah pemerintahan Islam. Ini adalah awal mulanya pemerintahan Islam di Pulau Jwa, akan tetapi, walau telah beridi  pemerintahan islam tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam. Yang terbentuk pada tahun 1447M Desa Cirebon adalah daerah berdaulat dan diakui oleh negara berdaulat kerajaan Galuh. Sedangkan yang lainnya seperti Ampeldenta, Gresik dan Kerawang hanya pengguronn/pesantren. Adapun Demak diakui sebagai sebuah desa oleh Majapahit pada tahun 1478M.
            Ki Cakrabuana  bersuka hati melihat desanya beitu maju dan berkembang. Maka pada suatu ketika, beliau mengambil kesempatan untuk berziarah kepada gurunya di Gunung Jati. Dalam hal itu, beliau mengajak adiknya, Rara Santang sedangkan Istrinya Nyi Endang Geulis tidak dibawa olehnya karena beliau sedang hamil tua. Lalu mereka datang ke Gunung Jati, tak lama kemudian sampailah mereka dihadapan gurunya yaitu syech Nurul Jati dalam pertemuan itu, Syech Nurul Jati berkata “Hai Cakrabuana, sebaiknya engkau dan adikmu pergi ke mekah untuk menunaikan ibadah haji, untuk memenuhi rukun Islam yang ke-5, tetapi jangan melalui lautan, melalui daratan saja agar kau dapat mampir pada Syech Maulana Ibrahim di negeri Campa (Kampuchea) llau mereka pergi bergegas menuju negri Campa untuk memenuhi perintah gurunya. Akhirnya, mereka sampai ke negara tujuan dan bertemu dengan Syekh Maulana Ibrahim lalu beliau bertanya “Hai pemuda, kau ini siapa? Ada maksud apa kamu datang kemari?” Somadulloh pun menjawab “hamba adalah santri dari Gunung Jati, Cakrabuana namanya dan ini Rara Santang adik hamba, hamba datng kesini untuk memenuhi perintah guruku Syekh Nurul Jati namanya. Terimalah salam darinya, kami beruda datang untuk bertabaruk. Permohonnan Cakrabuana diterima, kemudia Ki Syekh memberikan wejangan-wejangan tarekat satariyah kepadanyalengkap dengan amalan-amalannya. Beberapa tahun lamanya mereka berguru disana. Hingga akhirnya pada tahun 1449M beliau mempersunting Putri Syekh Maulana Ibrahim yang bernama Dewi Rasa Jati dari hasil perkawinan beliau dengannya memiliki 7 anak yaitu:
  1.  Nyai Larakanda
  2. Nyari Larasejati’
  3. Nyai Jatimerta
  4. Nyai Jamaras
  5. Nyai Mertasinga
  6. Nyai Campa
  7. Nyai Rasa Melasi

Dan akhirnya Syekh berkata “Sebaiknya kau berdua teruskan ke Mekah, dan sampaikanlah dua buah pucuk surat ini masing-masing untuk Syekh Bayan dan Syekh Abdullah, tak lama kemudian mereka sampai di negeri Mekah Mukarromah tepatnya pada malam jum’at tanggal 25 Rajab kemudian mereka menju ke rumahnya Syekh Bayan dan Syekh Abdullah untuk menyampaikan surat dari sang guru Syekh Maulana Ibrahim. Syekh Bayan memberi wejngan berupa ilmu syari’at tarekat, hakekat dan Ma’rifat. Disamping itu merekapun berkunjung ke rumah Syekh Abdullah untuk berguru syarai’t Rasul. Pangeran Cakrabuana dan Rara Satang merasa senang bermukim di Mekah pagi dan sore mengaji Al-qur’an dan Kitab hingga beliau menunaikan haji dan beliau diganti namanya menjadi H.Abdullah Imam.
            Singkat cerita, sang adik yaitu Rara Santang mendapatkan jodoh dengan Sultan Mesir yaitu Sultan Maulana Mahmud Syarif Abdullah namanya. fah Mudaim membuahkan hasil mengandung 3 bulan, ketika sang adik mengandung.
            Pangeran Cakrabuana memohon izin kepada Sri Sultan untuk pergi ke Tanah Jawa (Desa Cirebon) yang sudah sekian lama ditinggalkannya, lalu Sri Sultan mengizinkannya dan memberinya uang pesangon sebesar 1000 dirham. Pangeran Walangsungsang pun bergegas pulang dan mampir ke Mekah singgah kerumah gurunya Syekh Bayan dan Syekh Abdullah, setelah berjumpa lalu beliau memberi tahu bahwa adik Rara Santang sudah diperistri oleh Sultan Mesir bahkan sudah mengandung 3 bulan. Dan beliau memohon izin hendak kembali ke tanah Jawa tanah leluhurnyaa. Kemudian Syekh Bayan memberi nama kepadanya “Bayanillah” Cakrabuana (H.Abdullah Imam) mengucapkan  terima kasih lalu meneruskan perjalanannya hingga sampai ke Aceh singgah pada Sultan Hud/Hut saudara Sultan Mesir dan ke Sriwijaya (sekarang Palembang) untuk menemui kerabatnya, tga bulan lamanya beliau tinggal disana lalu bertolak ke Jawa (Desa Cirebon) menuju Gunung Jati. Seluruh masyarakat Desa Cirebon berkumpul dan bersuka ria menunggu kedatangan Ki Kuwu (Pangeran Cakrabuana) yang sudah sekian lama meninggalkan mereka sementara istrinya Nyi Endang Geulis yang saat itu ditinggalkan suaminya kini telha melahirkan bayi perempuan dan ia memberi nama Ratu Mas Pakungwati. Menurut riwayat, pada tahun berikutnya beliau mempunyai seorang anak laki-laki dari istrinya yang kedua yaitu Nyai Mas Rtana Riris (Kencana Larang) putri dari Ki Gede Aang-alang anak tersebut diberi nama Pangeran Carbon. Riwayat lain mengatakan, oleh karena Ki Pangalang-alang tidak mempunyai seorang istri maupun seorang puti (anak) oleh sebab itu Pangeran Carbon adalah anak kedua dari kandungan Ibu Nyi Endang Geulis. Kemudian Pangeran Cakrabuana melanjutkan roda pemerintahannya hingga beliau membangun sebuah keraton bernama “Keraton Pakungwati” nama tersebut diambil dari sebuah nama anak kesayangannya yang mempunyai nilai historis tersendiri. Hal ini terjadi pada tahun 1452M hampir +_ 27 tahun Pangeran Walangsungsang membangun Keraton Pakungwati hingga tahun 1479M. Sejak itulah daerah Cirebon menjadi sebuah negara yang berazaskan Islam, namun walaupun menjadi sebuah negara yang berazaskan Islam tetap tidak ada paksaan dalam memluk agama Islam. Kepala negaranya Pangeran Wlangsungsang berkedudukan di Keraton Pakungwati telah diakui oleh Prabu Siliwangi Padjajaran hngga beliau memberi gelar “Sri Mangana / Prabu Anom (Mbah Kuwu Caruban II).


Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Instagram

Pages

Facebook